Blogroll

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Rabu, 20 April 2016

Respon Organisme Aquatik Terhadap Variabel Lingkungan

RESPON ORGANISME AKUATIK TERHADAP VARIABEL LINGKUNGAN (DETERJEN DAN KEKERUHAN)
Aquatic Organisms Response To Variable Environment (turbidity And detergen)

Mamluatun Nurrohmah (C14140027)

Manajemen Sumberdaya Perairan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
2016


 
Abstrak
Kondisi lingkungan perairan selalu berubah dapat mempengaruhi proses kehidupan organisme yang hidup didalamnya. Kekeruhan dan detergen menjadi  variabel lingkungan yang berubah-ubah. Tujuan praktikum ini untuk mengetahui respon organisme akuatik terhadap variabel lingkungan (detergen dan kekeruhan) serta mengetahui kisaran toleransinya. Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, 29 – 30 Februari 2016 pukul 15.00 – 18.00 WIB di Laboratorium Fisiologi Hewan Air, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Peralatan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah ember, cup, aerator,detergen akuarium, penggaris, serta bahan yang digunakan adalah ikan komet (Carassius auratus), dan lumpur. Analisis data yang digunakan dalam percobaan ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan perlakuan kontrol, gradual, 100ppm, 75ppm,50ppm. Terjadi perubahan bobot pada kondisi ikan komet dan mengalami kematian pada tingkat pemebrian detergen 100ppm.
Kata kunci       : detergen, ikan komet, RAL, turbidity.
Abstract
               Waters of the ever-changing environmental conditions can affect the life processes of organisms that live in it. Turbidity and detergent is an environment variable that is changing. The purpose of this lab to study the response of aquatic organisms to environmental variables (detergent and turbidity) and determine the range of tolerance. This practicum was held on Wednesday, February 29 - 30 at 15.00 – 18.00 WIB at the Laboratory of Animal Physiology Water, Water Resources Management Department, Faculty of Fisheries and Marine Science, Bogor Agricultural University. The equipment used in this lab is a bucket, cup, aerator,detergent, an aquarium, a ruler, and the materials used are (Carassius auratus) And mud. Analysis of the data used in this experiment was a completely randomized design (CRD) with the control treatment, gradual, 100ppm, 75ppm, 50ppm. Weight changes occur in conditions of catfish and dying at a rate of give deterent 100ppm
Keywords:detergent, Carassius auratus, RAL, turbidity


PENDAHULUAN
Kehidupan suatu organisme sangat dipengaruhi dengan faktor lingkungan baik faktor fisika, kimia, dan biologi. Begitu pula organisme seperti kan, kelangsungan hidupnya juga dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut. Salah satunya yaitu Ikan Komet (Carassius auratus) merupakan salah satu jenis ikan hias yang termasuk dalam famili Cyprinidae. Ikan komet merupakan satu famili dengan ikan Mas Koki, dengan demikian dapat dilihat secara tingkah laku, habitat dan kebiasaannya pun sama. Perbedaanya hanya postur tubuh yang lebih tinggi dan lebih memanjang dari pada ikan mas Koki. Ikan komet selalu aktif dan berenang ke segala arah penjuru. Panjang tubuh ikan komet mencapai sekitar 35 cm dari ujung kepala sampai ujung ekor. Ikan Komet ini dapat dipelihara bersamaan dengan ikan lain pada suhu air 190 C- 280C sementara pHnya sekitar 7-7,5(Lingga dan Susanto 1999 dalam Nugroho 2008). Populasi ikan komet hidupnya diair yang tenang seperti hidup didaerah danau (Lorenzoni et al 2010). Faktor internal dan faktor eksternal yang mempengaruhi kehidupan ikan. Faktor internal meliputi fisiologi dan genetik ikan sedangkan faktor eksternal berhubungan dengan pakan dan lingkungan. Faktor eksternal meliputi  lingkungan diantaranya kuantitas dan kualitas air yang meliputi temperatut air, komposisi kimia air, agen penyakit, dan tempat pemeliharaan (Simpi et al 2011).
Kekeruhan adalah banyaknya jumlah partikel yang tersuspensi di dalam air. kekeruhan dalam suatu ekosistem perairan  berhubungan dengan kecepatan arus, kedalaman, tipe substrat dasar, dan suhu perairan (Marchant et al  2013).
Turbidity  atau kekeruhan ini dapat diukur dengan membandingkan antara intensitas cahaya yang dipendarkan oleh sampel air limbah dan cahaya yang dipendarkan oleh suspensi standar pada konsentrasi yang sama (Trebitz et al 2007).
Beberapa material penyebab kekeruhan antara lain partikel tanah liat, lumpur, bahan organik terurai, plankton, bakteri air dan organisme mikroskopis lainnya (Nou et al 2014). Secara umum kekeruhanan mengganggu biota diantaranya akan menghalangi masuknya sinar matahari sebagai kebutuhan fotosistesis fitoplankton, menurunkan kesediaan oksigen terlarut, memicu sedimentasi yang menyebabkan  pendangkalan, yang dapat mengganggu pemandangan secara visual bagi biota, mempengaruhi perilaku dan sistem makan dan pernapasan biota. Kondisi kekeruhan yang tinggi, maka pengaruh di atas semakin nyata yaitu menimbulkan banyak gangguan diantaranya,  penurunan kualitas air, penyumbatan insang, penimbunan telur dan larva, dan kematian (Lloyd et al 1987).
Praktikum ini untuk mengetahui respon organisme akuatik terhadap variabel lingkungan (detergen dan kekeruhan).      

METODOLOGI
Waktu dan Tempat
Praktikum dilaksanakan pada hari Senin, 29 Februari 2016 di Laboratorium Fisiologi Hewan Air, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan untuk praktikum ini adalah akuarium, aerator, timbangan digital, botol cup, lap/tissue, ember, gayung, dan stapwhatch. Bahan yang digunakan adalah ikan, surfakan detergen (LAS), tanah, dan aquades.

Rancangan percobaan
Metode penelitian dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Percobaan ini menggunakan lima ulangan dan lima kali perlakuan. Perlakuan yang dilakukan diantaranya kontrol, 50 ppm, 75 ppm, 100 ppm dan gradual.

Prosedur Kerja
Disiapkan akuarium sebanyak 5 buah. Akuarium 1 untuk kontrol, akuarium 2 perlakuan detergent 50 ppm, akuarium 3 perlakuan detergent 75 ppm, akuarium 4 perlakuan detergent 100 ppm, akuarium 5 perlakuan peingkatan detergent secara gradual. Setiap akuarium diisi air sebanyak 10 L dan tambahkan detergent kedalam akuarium. Bobot ikan komet ditimbang terlebih dahulu stelah itu, ikan komet dimasukkan sebanyak 3 ekor kedalam akuarium. Pengamatan dilakukan setiap 10 menit dalam waktu 1 jam. Apabila ada ikan yang mati dicatat jumlahnya. Bobot ikan terakhir ditimbang pada akhir praktikum.

Analisis Data
Analisis data pada praktikum ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL). Model observasi dalam rancangan acak lengkap
Yij = μ + τi + εij
Keterangan :
Yij : pengamatan perlakuan ke-i ulangan ke-j
μ : rataan umum
τi : perlakuan ke-i
εij : galat percobaan
H0 : τ1 = τ2 = . . . = τt = 0
H1 : minimal ada satu τi ≠ 0, untuk i = 1, 2, …n

Asumsi :
eij~ N (0,s2),
m, ti, eij bersifat aditif,
eij bersifat bebas,
ti bersifat tetap

rumus dalam rancangan acak lengkap ;
FK       =
JKT      = εYij2 – FK
JKP      =  – FK
JKS      = JKT – JKP
KTP     =
KTS     =
Fhit      =
Ftab     = [dBp;dBs]

Rumus untuk menghitung tingkat mortalitas dan survival rate ikan;

MR= (No-Nt)/No x 100%
SR= Nt/No x 100%

Keterangan :
No       : Jumlah ikan awal
Nt        : Jumlah ikan akhir
MR      : Mortalitas (%)
SR        : Survival rate (%)
Berikut ini adalah hasil perhitungan Anova dari pengaruh kekeruhan.
Tabel 1 Anova pengaruh kekeruhan


Berdasarkan tabel Anova  dapat dilihat bahwa Fhit > Fta, yang berarti tolak Ho. Kekeruhan berpengaruh nyata terhadap bobot ikan.

Berikut ini adalah hasil perhitungan Anova dari pengaruh kekeruhan.
Tabel 2 Anova pengaruh detergen
            Berdasarkan tabel anova pengaruh detergen dapat dilihat bahwa Fhit < Ftab   yang berarti Gagal Tolak Ho.  Detergen tidak berpengaruh nyata terhadap bobot ikan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 3 Perubahan bobot ikan Komet (Carassius auratus) pada perlakuan detergen.

Kel 1
Kel 2
Kel 3
Kel 4
Kel 5
Kontrol
0.08
1.79
2.36
0.52
0.596
50
0.744
1.039
0.511
0.52
0.5
75
0.437
0.717
0.569
0.598
0.259
100
0.715
0.751
0.537
0.564
0.227
Gradual
0.579
0.685
0.365
0.622
0.336

Grafik 1 hubungan  bobot dengan detergen
Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa terjadi perubahan pada bobot ikan patin (Carassius auratus) Terjadinya perubahan bobot ikan diduga karena infeksi pada insang akibat dari pemberian detergen dalam air sehingga mempengaruhi bobot tubuhnya saat ditimbang. Perlakuan kontrol pada terdapat penurunan terbesar yaitu pada ulangan ke-3 sebesar 2,36. perlakuan  50 ppm terjadi penurunan terbesar yaitu 0,511 perlakuan 75 pmm terjadi penurunan terbesar  yaitu 0,569 perlakuan 100 pmm  terjadi penurunan terbesar pada 0.537. sedangkan pada perlakuan perlakuan  gradual penurunan terbesar yaitu 0,685.
Tabel  4 perubahan bobot ikan komet (Carassius auratus) pada pelakuan kekeruhan.

Kel 6
Kel 7
Kel 8
Kel 9
Kel 10
Kontrol
3.35
2.42
0.24
1.23
0.12
5
2.62
0.93
1.77
0.16
1.3
10
3.06
0.84
0.19
0.85
2.27
15
3.79
4.33
0.81
1.38
3.01
Gradual
0.85
4.55
0.86
0.54
3.95

Grafik 2 hubungan bobot dengan kekeruhan

Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa terjadi perubahan pada bobot ikan patin (Carassius auratus) Terjadinya perubahan bobot ikan diduga karena infeksi pada insang akibat dari padatan tersuspensi dalam air sehingga mempengaruhi bobot tubuhnya saat ditimbang. Dari hasil pengamatan tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin banyak membeti tanah maka ikan juga ceper mati atau semakin keruh suatu perairan semakin membahayakan ikan dan mempercepat ikan itu mati. Menurut  EPA (1999) dalam Hidayat (2004), mengatakan bahwa  kekeruhan secara umum dapat mengganggu kondisi biota, seperti halnya dalam pernapasa. Dan dalam kondisi tertentudapat menyebabkan kemampuan pada biota.
Kekeruhan mempunyai pengaruh ekologis terhadap menurunnya daya penetrasi cahaya matahari dalam suatu perairan yang dapat menurunkan produktifitas perairan karena adanya penurunan fotosintesis fitoplankton. Selain adanya penurunan, peningkatan kekeruhan dalam suatu ekosistem perairan menyebabkan mekanisme pada organisme terganggu.
Apabila tingkat kekeruhan semakin tinggi maka beberapa atau sebagian materi terlarut akan menempel pada celah-celah insang, sehingga kemampuan insang untuk mengambil oksigen menurun. Dan pada tingkat kekeruhan tertentu dapat menyebabkan insang tidak berfungsi, sehingga menyebabkan kematian (Flowers et al 1969).



KESIMPULAN
Kondisi perairan yang berubah-ubah dapat mempengaruhi proses metabolisme pada ikan. Respon ikan berbeda pada setiap perlakuan yang diberikan. Ikan mengalami kematian pada tingkat kekeruhan yang paling tinggi. Ikan mengalami perubahan bobot dan tingkah laku yang berbeda-beda. 

SARAN
Sebaiknya dalam setiap percobaan perlakuan lebih beragam, dan memberikan pengaruh yang nyata, serta ukuran ikan jenis ikan diperbanyak lagi.  


DAFTAR PUSTAKA
Flowers FC, McCormick RA, Kurfis KR. 1969. Atmospheric turbidity over the united state, 1961-1969. Devision of meteorology, consumer protection and enviromental health service, raleigh,n. 955-961.
Hidayat JW, Baskoro K, sopiany R. 2004. Struktur komunitas mollusca bentik berbasiskekeruhan di perairan pelabuhan tanjung emas semarang. Bioma. 6( 2) :  53-56.
Lloyd SD, Koenings JP, Laperirre DJ. 1987. Effect of turbidity in fresh waters of alaska.  North American Journal of Fisheries Manajement. 7: 18-33
Lorenzoni M, Dolciami R, Ghetti L, Pedicillo G, Carosi A. 2010. Fishery Biology of the Gold Fish Carassius auratus (Linnaeus 1758) in Lake Trasimeno (Umbria, Italy). Knowledge and Management of Aquatic Ecosystem 1 : 296
Marchant R, Reading D, Ridd J, Cambpbell S, Ridd P. 2013. A different for measuring waterturbidity in river and coastal oceans. Marine pollution bulletin. 91: 102-106.
Nou J, Chauvin R, Traore A, Thill S, Grieu S. 2014. Atmospheric turbidity forecasting using side-by-side ANFISH. Energy procedia. 49: 2387-2397.
Nugroho S. 2008. Analisis Finansial Usaha Ikan Hias Air Tawar Heru Fish Farm Di desa Kota Batu, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. {Skripsi}.Manajemen Bisnis   Institut Pertanian Bogor.
Simpi B, Hiremath, Murthy KNS, Chandrashekarappa KN , Patel AN , Puttiah ET. 2011. Analysis of Water Quality Using Physico-Chemical Parameters Hosahalli Tank in Shimoga District, Karnataka, India. Global
Trebitz AS, Brazner JC, Brady VJ, Axler R, Tanner DK. 2007. Turbidity toleranceof great lakes coastal wetland fishes. American journal fisheries manajement. 27: 619-633.




















LAMPIRAN

JURNAL 7.png



Tabel 5 tingkah laku ikan seteah diberi perlakuan detergen
Waktu
Tingkah Laku Pada Perlakuan
kontrol
50 ppm
75ppm
100ppm
gradual
10
normal
renang cepat
lemah stress,
lemas
normal



keluar lendir hidung
menuju aerator





keluar lendir

20
normal
renang lambat

 lendir insang



mulut&sisik memutih
keluar lendir insang
sisik mengelupas
lemas


lendir di insang
lemas




berenang miring
stress





sisik kelupas





 lendir tubuh


30
normal
ikan diam
melompat
 lendir  mulut
berputar



sisik rusak

stress





melompat
40
normal
mati
mati
mati
mati







Tabel 6 jumlah kekeruhan
Groups
Count
Sum
Average
Variance
Column 1
5
13.67
2.734
1.29083
Column 2
5
13.07
2.614
3.17833
Column 3
5
3.87
0.774
0.40673
Column 4
5
4.16
0.832
0.24897
Column 5
5
10.65
2.13
2.20885

Tabel 7 jumlah pegaruh detergen
Groups
Count
Sum
Average
Variance
Column 1
5
2.555
0.511
0.07294
Column 2
5
4.982
0.9964
0.21672
Column 3
5
4.342
0.8684
0.70137
Column 4
5
2.824
0.5648
0.0021
Column 5
5
1.918
0.3836
0.02524



RESPON ORGANISME AKUATIK TERHADAP VARIABEL LINGKUNGAN (DETERJEN DAN KEKERUHAN)
Aquatic Organisms Response To Variable Environment (turbidity And detergen)

Mamluatun Nurrohmah (C14140027)

Manajemen Sumberdaya Perairan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
2016


 
Abstrak
Kondisi lingkungan perairan selalu berubah dapat mempengaruhi proses kehidupan organisme yang hidup didalamnya. Kekeruhan dan detergen menjadi  variabel lingkungan yang berubah-ubah. Tujuan praktikum ini untuk mengetahui respon organisme akuatik terhadap variabel lingkungan (detergen dan kekeruhan) serta mengetahui kisaran toleransinya. Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, 29 – 30 Februari 2016 pukul 15.00 – 18.00 WIB di Laboratorium Fisiologi Hewan Air, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Peralatan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah ember, cup, aerator,detergen akuarium, penggaris, serta bahan yang digunakan adalah ikan komet (Carassius auratus), dan lumpur. Analisis data yang digunakan dalam percobaan ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan perlakuan kontrol, gradual, 100ppm, 75ppm,50ppm. Terjadi perubahan bobot pada kondisi ikan komet dan mengalami kematian pada tingkat pemebrian detergen 100ppm.
Kata kunci       : detergen, ikan komet, RAL, turbidity.
Abstract
               Waters of the ever-changing environmental conditions can affect the life processes of organisms that live in it. Turbidity and detergent is an environment variable that is changing. The purpose of this lab to study the response of aquatic organisms to environmental variables (detergent and turbidity) and determine the range of tolerance. This practicum was held on Wednesday, February 29 - 30 at 15.00 – 18.00 WIB at the Laboratory of Animal Physiology Water, Water Resources Management Department, Faculty of Fisheries and Marine Science, Bogor Agricultural University. The equipment used in this lab is a bucket, cup, aerator,detergent, an aquarium, a ruler, and the materials used are (Carassius auratus) And mud. Analysis of the data used in this experiment was a completely randomized design (CRD) with the control treatment, gradual, 100ppm, 75ppm, 50ppm. Weight changes occur in conditions of catfish and dying at a rate of give deterent 100ppm
Keywords:detergent, Carassius auratus, RAL, turbidity


PENDAHULUAN
Kehidupan suatu organisme sangat dipengaruhi dengan faktor lingkungan baik faktor fisika, kimia, dan biologi. Begitu pula organisme seperti kan, kelangsungan hidupnya juga dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut. Salah satunya yaitu Ikan Komet (Carassius auratus) merupakan salah satu jenis ikan hias yang termasuk dalam famili Cyprinidae. Ikan komet merupakan satu famili dengan ikan Mas Koki, dengan demikian dapat dilihat secara tingkah laku, habitat dan kebiasaannya pun sama. Perbedaanya hanya postur tubuh yang lebih tinggi dan lebih memanjang dari pada ikan mas Koki. Ikan komet selalu aktif dan berenang ke segala arah penjuru. Panjang tubuh ikan komet mencapai sekitar 35 cm dari ujung kepala sampai ujung ekor. Ikan Komet ini dapat dipelihara bersamaan dengan ikan lain pada suhu air 190 C- 280C sementara pHnya sekitar 7-7,5(Lingga dan Susanto 1999 dalam Nugroho 2008). Populasi ikan komet hidupnya diair yang tenang seperti hidup didaerah danau (Lorenzoni et al 2010). Faktor internal dan faktor eksternal yang mempengaruhi kehidupan ikan. Faktor internal meliputi fisiologi dan genetik ikan sedangkan faktor eksternal berhubungan dengan pakan dan lingkungan. Faktor eksternal meliputi  lingkungan diantaranya kuantitas dan kualitas air yang meliputi temperatut air, komposisi kimia air, agen penyakit, dan tempat pemeliharaan (Simpi et al 2011).
Kekeruhan adalah banyaknya jumlah partikel yang tersuspensi di dalam air. kekeruhan dalam suatu ekosistem perairan  berhubungan dengan kecepatan arus, kedalaman, tipe substrat dasar, dan suhu perairan (Marchant et al  2013).
Turbidity  atau kekeruhan ini dapat diukur dengan membandingkan antara intensitas cahaya yang dipendarkan oleh sampel air limbah dan cahaya yang dipendarkan oleh suspensi standar pada konsentrasi yang sama (Trebitz et al 2007).
Beberapa material penyebab kekeruhan antara lain partikel tanah liat, lumpur, bahan organik terurai, plankton, bakteri air dan organisme mikroskopis lainnya (Nou et al 2014). Secara umum kekeruhanan mengganggu biota diantaranya akan menghalangi masuknya sinar matahari sebagai kebutuhan fotosistesis fitoplankton, menurunkan kesediaan oksigen terlarut, memicu sedimentasi yang menyebabkan  pendangkalan, yang dapat mengganggu pemandangan secara visual bagi biota, mempengaruhi perilaku dan sistem makan dan pernapasan biota. Kondisi kekeruhan yang tinggi, maka pengaruh di atas semakin nyata yaitu menimbulkan banyak gangguan diantaranya,  penurunan kualitas air, penyumbatan insang, penimbunan telur dan larva, dan kematian (Lloyd et al 1987).
Praktikum ini untuk mengetahui respon organisme akuatik terhadap variabel lingkungan (detergen dan kekeruhan).      

METODOLOGI
Waktu dan Tempat
Praktikum dilaksanakan pada hari Senin, 29 Februari 2016 di Laboratorium Fisiologi Hewan Air, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan untuk praktikum ini adalah akuarium, aerator, timbangan digital, botol cup, lap/tissue, ember, gayung, dan stapwhatch. Bahan yang digunakan adalah ikan, surfakan detergen (LAS), tanah, dan aquades.

Rancangan percobaan
Metode penelitian dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Percobaan ini menggunakan lima ulangan dan lima kali perlakuan. Perlakuan yang dilakukan diantaranya kontrol, 50 ppm, 75 ppm, 100 ppm dan gradual.

Prosedur Kerja
Disiapkan akuarium sebanyak 5 buah. Akuarium 1 untuk kontrol, akuarium 2 perlakuan detergent 50 ppm, akuarium 3 perlakuan detergent 75 ppm, akuarium 4 perlakuan detergent 100 ppm, akuarium 5 perlakuan peingkatan detergent secara gradual. Setiap akuarium diisi air sebanyak 10 L dan tambahkan detergent kedalam akuarium. Bobot ikan komet ditimbang terlebih dahulu stelah itu, ikan komet dimasukkan sebanyak 3 ekor kedalam akuarium. Pengamatan dilakukan setiap 10 menit dalam waktu 1 jam. Apabila ada ikan yang mati dicatat jumlahnya. Bobot ikan terakhir ditimbang pada akhir praktikum.

Analisis Data
Analisis data pada praktikum ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL). Model observasi dalam rancangan acak lengkap
Yij = μ + τi + εij
Keterangan :
Yij : pengamatan perlakuan ke-i ulangan ke-j
μ : rataan umum
τi : perlakuan ke-i
εij : galat percobaan
H0 : τ1 = τ2 = . . . = τt = 0
H1 : minimal ada satu τi ≠ 0, untuk i = 1, 2, …n

Asumsi :
eij~ N (0,s2),
m, ti, eij bersifat aditif,
eij bersifat bebas,
ti bersifat tetap

rumus dalam rancangan acak lengkap ;
FK       =
JKT      = εYij2 – FK
JKP      =  – FK
JKS      = JKT – JKP
KTP     =
KTS     =
Fhit      =
Ftab     = [dBp;dBs]

Rumus untuk menghitung tingkat mortalitas dan survival rate ikan;

MR= (No-Nt)/No x 100%
SR= Nt/No x 100%

Keterangan :
No       : Jumlah ikan awal
Nt        : Jumlah ikan akhir
MR      : Mortalitas (%)
SR        : Survival rate (%)
Berikut ini adalah hasil perhitungan Anova dari pengaruh kekeruhan.
Tabel 1 Anova pengaruh kekeruhan


Berdasarkan tabel Anova  dapat dilihat bahwa Fhit > Fta, yang berarti tolak Ho. Kekeruhan berpengaruh nyata terhadap bobot ikan.

Berikut ini adalah hasil perhitungan Anova dari pengaruh kekeruhan.
Tabel 2 Anova pengaruh detergen
            Berdasarkan tabel anova pengaruh detergen dapat dilihat bahwa Fhit < Ftab   yang berarti Gagal Tolak Ho.  Detergen tidak berpengaruh nyata terhadap bobot ikan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 3 Perubahan bobot ikan Komet (Carassius auratus) pada perlakuan detergen.

Kel 1
Kel 2
Kel 3
Kel 4
Kel 5
Kontrol
0.08
1.79
2.36
0.52
0.596
50
0.744
1.039
0.511
0.52
0.5
75
0.437
0.717
0.569
0.598
0.259
100
0.715
0.751
0.537
0.564
0.227
Gradual
0.579
0.685
0.365
0.622
0.336

Grafik 1 hubungan  bobot dengan detergen
Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa terjadi perubahan pada bobot ikan patin (Carassius auratus) Terjadinya perubahan bobot ikan diduga karena infeksi pada insang akibat dari pemberian detergen dalam air sehingga mempengaruhi bobot tubuhnya saat ditimbang. Perlakuan kontrol pada terdapat penurunan terbesar yaitu pada ulangan ke-3 sebesar 2,36. perlakuan  50 ppm terjadi penurunan terbesar yaitu 0,511 perlakuan 75 pmm terjadi penurunan terbesar  yaitu 0,569 perlakuan 100 pmm  terjadi penurunan terbesar pada 0.537. sedangkan pada perlakuan perlakuan  gradual penurunan terbesar yaitu 0,685.
Tabel  4 perubahan bobot ikan komet (Carassius auratus) pada pelakuan kekeruhan.

Kel 6
Kel 7
Kel 8
Kel 9
Kel 10
Kontrol
3.35
2.42
0.24
1.23
0.12
5
2.62
0.93
1.77
0.16
1.3
10
3.06
0.84
0.19
0.85
2.27
15
3.79
4.33
0.81
1.38
3.01
Gradual
0.85
4.55
0.86
0.54
3.95

Grafik 2 hubungan bobot dengan kekeruhan

Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa terjadi perubahan pada bobot ikan patin (Carassius auratus) Terjadinya perubahan bobot ikan diduga karena infeksi pada insang akibat dari padatan tersuspensi dalam air sehingga mempengaruhi bobot tubuhnya saat ditimbang. Dari hasil pengamatan tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin banyak membeti tanah maka ikan juga ceper mati atau semakin keruh suatu perairan semakin membahayakan ikan dan mempercepat ikan itu mati. Menurut  EPA (1999) dalam Hidayat (2004), mengatakan bahwa  kekeruhan secara umum dapat mengganggu kondisi biota, seperti halnya dalam pernapasa. Dan dalam kondisi tertentudapat menyebabkan kemampuan pada biota.
Kekeruhan mempunyai pengaruh ekologis terhadap menurunnya daya penetrasi cahaya matahari dalam suatu perairan yang dapat menurunkan produktifitas perairan karena adanya penurunan fotosintesis fitoplankton. Selain adanya penurunan, peningkatan kekeruhan dalam suatu ekosistem perairan menyebabkan mekanisme pada organisme terganggu.
Apabila tingkat kekeruhan semakin tinggi maka beberapa atau sebagian materi terlarut akan menempel pada celah-celah insang, sehingga kemampuan insang untuk mengambil oksigen menurun. Dan pada tingkat kekeruhan tertentu dapat menyebabkan insang tidak berfungsi, sehingga menyebabkan kematian (Flowers et al 1969).



KESIMPULAN
Kondisi perairan yang berubah-ubah dapat mempengaruhi proses metabolisme pada ikan. Respon ikan berbeda pada setiap perlakuan yang diberikan. Ikan mengalami kematian pada tingkat kekeruhan yang paling tinggi. Ikan mengalami perubahan bobot dan tingkah laku yang berbeda-beda. 

SARAN
Sebaiknya dalam setiap percobaan perlakuan lebih beragam, dan memberikan pengaruh yang nyata, serta ukuran ikan jenis ikan diperbanyak lagi.  


DAFTAR PUSTAKA
Flowers FC, McCormick RA, Kurfis KR. 1969. Atmospheric turbidity over the united state, 1961-1969. Devision of meteorology, consumer protection and enviromental health service, raleigh,n. 955-961.
Hidayat JW, Baskoro K, sopiany R. 2004. Struktur komunitas mollusca bentik berbasiskekeruhan di perairan pelabuhan tanjung emas semarang. Bioma. 6( 2) :  53-56.
Lloyd SD, Koenings JP, Laperirre DJ. 1987. Effect of turbidity in fresh waters of alaska.  North American Journal of Fisheries Manajement. 7: 18-33
Lorenzoni M, Dolciami R, Ghetti L, Pedicillo G, Carosi A. 2010. Fishery Biology of the Gold Fish Carassius auratus (Linnaeus 1758) in Lake Trasimeno (Umbria, Italy). Knowledge and Management of Aquatic Ecosystem 1 : 296
Marchant R, Reading D, Ridd J, Cambpbell S, Ridd P. 2013. A different for measuring waterturbidity in river and coastal oceans. Marine pollution bulletin. 91: 102-106.
Nou J, Chauvin R, Traore A, Thill S, Grieu S. 2014. Atmospheric turbidity forecasting using side-by-side ANFISH. Energy procedia. 49: 2387-2397.
Nugroho S. 2008. Analisis Finansial Usaha Ikan Hias Air Tawar Heru Fish Farm Di desa Kota Batu, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. {Skripsi}.Manajemen Bisnis   Institut Pertanian Bogor.
Simpi B, Hiremath, Murthy KNS, Chandrashekarappa KN , Patel AN , Puttiah ET. 2011. Analysis of Water Quality Using Physico-Chemical Parameters Hosahalli Tank in Shimoga District, Karnataka, India. Global
Trebitz AS, Brazner JC, Brady VJ, Axler R, Tanner DK. 2007. Turbidity toleranceof great lakes coastal wetland fishes. American journal fisheries manajement. 27: 619-633.




















LAMPIRAN



Tabel 5 tingkah laku ikan seteah diberi perlakuan detergen
Waktu
Tingkah Laku Pada Perlakuan
kontrol
50 ppm
75ppm
100ppm
gradual
10
normal
renang cepat
lemah stress,
lemas
normal



keluar lendir hidung
menuju aerator





keluar lendir

20
normal
renang lambat

 lendir insang



mulut&sisik memutih
keluar lendir insang
sisik mengelupas
lemas


lendir di insang
lemas




berenang miring
stress





sisik kelupas





 lendir tubuh


30
normal
ikan diam
melompat
 lendir  mulut
berputar



sisik rusak

stress





melompat
40
normal
mati
mati
mati
mati







Tabel 6 jumlah kekeruhan
Groups
Count
Sum
Average
Variance
Column 1
5
13.67
2.734
1.29083
Column 2
5
13.07
2.614
3.17833
Column 3
5
3.87
0.774
0.40673
Column 4
5
4.16
0.832
0.24897
Column 5
5
10.65
2.13
2.20885

Tabel 7 jumlah pegaruh detergen
Groups
Count
Sum
Average
Variance
Column 1
5
2.555
0.511
0.07294
Column 2
5
4.982
0.9964
0.21672
Column 3
5
4.342
0.8684
0.70137
Column 4
5
2.824
0.5648
0.0021
Column 5
5
1.918
0.3836
0.02524